Sekaten Jogja adalah sebuah tradisi unik yang dilangsungkan oleh masyarakat Yogyakarta setiap tahunnya dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi Sekaten ini telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Yogyakarta dan masih dipertahankan hingga saat ini. Selama seribu tahun lebih, Sekaten Jogja selalu dihadiri oleh banyak orang dari dalam maupun luar Yogyakarta.
Sekaten sendiri berasal dari kata shahadat, yaitu kalimat kesaksian bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Rasulullah Muhammad adalah utusan-Nya. Oleh karena itu, acara Sekaten selalu diadakan pada bulan Rabiul Awal, di mana pada saaat itu dunia islam juga memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Acara Sekaten Jogja diawali dengan sekelompok orang yang berjalan dari Keraton Yogyakarta ke alun-alun utara. Mereka membawa ayam jago, tiga kemenyan, serta pengikut-pengikut lainnya. Beberapa di antaranya membawa obor dan suluk diiringi musik jaranan. Kegiatan ini juga disebut "menusu arak-arakan" atau pengkhitanan.
Sekaten sendiri dimulai pada malam pertama acara Sekaten, yang disebut dengan malam Selasa Wage. Pada malam ini, dirangkaikan dengan acara kirab, yaitu prosesi pawai lampu-lampu yang ditaruh di atas kereta-kereta medindingan yang ditarik kuda. Pawai lampu ini diiringi musik rakyat seperti gamelan dan tayub. Di akhir pawai lampu, para pengunjung dihibur dengan tayuban atau renggong manis.
Acara Sekaten Jogja terus berlangsung pada hari-hari berikutnya, yang diisi dengan banyak kegiatan, seperti tayuban dan gerak jalan. Tayuban adalah pertunjukan musik rakyat tradisional Jawa yang disertai dengan tarian. Sedangkan gerak jalan merupakan sebuah toyyiban berjalan yang diiringi dengan doa dan zikir untuk menghormati Rasulullah SAW.
Sekaten Jogja juga diisi dengan acara pembukaan pasar malam di sekitar alun-alun utara dan selatan. Di pasar malam ini, dibuka berbagai macam stan seperti kuliner Jogja, mainan anak-anak dan souvenir yang khas dari Jogja.
Selain acara-acara tersebut, acara Sekaten juga sangat identik dengan upacara "mengepul duni" atau mengelilingi tiang bendera. Upacara ini dilakukan pada malam terakhir Sekaten dan diselenggarakan untuk menghormati Nabi Muhammad SAW yang mewakili alam dewasa ini.
Sebagai warga masyarakat Jogja, acara Sekaten selalu dinantikan setiap tahunnya. Tradisi ini bukan hanya sebagai bentuk upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat Jogja, namun juga sebagai ajang silaturahmi antara masyarakat. Acara Sekaten juga selalu dihadiri oleh pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia maupun dari luar negeri.
Sekaten Jogja bukan hanya sekedar acara tradisional, namun juga merupakan simbol keberagaman negeri ini. Kegiatan ini juga mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat. Oleh karena itu, acara Sekaten Jogja harus senantiasa dipertahankan dan dilestarikan, sehingga dapat terus dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar