Langsung ke konten utama

Mengulik Pasar Beringharjo, Pasar Tertua Di Yogyakarta


Pasar Beringharjo adalah salah satu pasar tradisional yang paling terkenal dan tertua di Yogyakarta. Terletak di pusat kota, Pasar ini memiliki sejarah yang kaya dan telah menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta sejak berdirinya pada abad ke-18. Sejarah Pasar Beringharjo dimulai pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1758. Pasar yang sebelumnya merupakan hutan pohon beringin ini pada akhirnya dibangun dengan tujuan untuk menjadi pusat perdagangan bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Pada 24 Maret 1923, Keraton Yogyakarta meminta Nederlansch Indisch Beton Maatschappij yang merupakan perusahaan beton Hindia Belanda dari Surabaya untuk membangun los-los pasar. Pembangunan pasar dimulai dari kios dan kantor di bagian Barat. Pada akhir Agustus 1925, setidaknya 11 kios terselesaikan dan pembangunan dilakukan secara bertahap.

Nama Beringharjo sendiri diberikan oleh  Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 24 Maret 1925, yang mana "Bering" berarti kota dan "Harjo" berarti kesenangan atau kegembiraan. Nama tersebut menggambarkan semangat dan kegembiraan dalam kegiatan perdagangan di pasar ini. Selain itu, Pasar Beringharjo juga memiliki peran penting dalam sejarah Yogyakarta. Selama masa penjajahan Belanda, pasar ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang dan menjadi saksi bisu perjuangan untuk kemerdekaan. Pasar ini juga menjadi saksi perjalanan sejarah Yogyakarta, mulai dari masa kolonial hingga kemerdekaan Indonesia.

Salah satu daya tarik utama dari Pasar Beringharjo adalah arsitektur bangunan yang khas. Bangunan pasar ini mengadopsi gaya arsitektur Jawa klasik dengan atap joglo yang menjulang tinggi dan pilar-pilar yang indah. Keindahan arsitektur ini memancarkan nuansa tradisional dan budaya yang kuat di pasar ini. Awalnya, Pasar Beringharjo berfungsi sebagai pasar tekstil tradisional yang terutama menawarkan batik. Batik merupakan warisan budaya yang kaya dan menjadi salah satu ciri khas kota Yogyakarta. Di pasar ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam batik, mulai dari batik tulis hingga batik cap dengan beragam motif dan warna yang indah.


Saat ini bukan hanya batik, Pasar Beringharjo juga menawarkan berbagai barang dagangan lainnya, seperti pakaian, perhiasan, kerajinan tangan, makanan dan minuman tradisional. Pasar ini menjadi tempat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta, di mana mereka berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mencari barang-barang unik. Hingga saat ini, Pasar Beringharjo terus berkembang dan menjadi pusat perdagangan yang sibuk. Banyak pedagang lokal yang menjalankan bisnis keluarga mereka di pasar ini dari generasi ke generasi. Pasar ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, yang ingin merasakan atmosfer pasar tradisional dan berburu barang-barang unik dan khas Yogyakarta.

Sebagai pasar tertua di Yogyakarta, Pasar Beringharjo merupakan warisan berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Pasar ini tidak hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi juga menjadi jendela ke dalam sejarah dan budaya kota Yogyakarta. Bagi siapa pun yang mengunjungi pasar ini, mereka akan merasakan keajaiban sejarah yang tersembunyi di balik bangunan dan aktivitas sehari-hari yang terjadi di Pasar Beringharjo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Rekomendasi Angkringan di Yogyakarta, Cocok Untuk Kuliner Senja!

  Angkringan merupakan salah satu warung makan jalanan yang populer di Yogyakarta. Warung makan ini seringkali menjadi tempat hangout bagi anak muda maupun keluarga di Yogyakarta. Angkringan menawarkan berbagai macam kuliner dengan harga yang terjangkau. Selain itu, angkringan juga memiliki suasana yang unik dan menarik, sehingga menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Yogyakarta. Tak heran ada banyak angkringan yang tersebar di setiap sudut Jogja, bahkan sampai membuat kita bingung mau coba yang mana. Tapi jangan khawatir, berikut adalah 5 rekomendasi angkringan populer yang wajib kamu cobain di Yogyakarta! 1. Angkringan Lik Man Angkringan Lik Man merupakan angkringan legendaris di Yogyakarta yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Bisa dibilang, dia adalah pelopor munculnya angkringan-angkringan yang lain. Angkringan Lik Man mulai buka pukul 4 sore hingga 1 malam, berlokasi di Jalan Poncowinatan nomor 7, Gowongan, Jetis, Yogyakarta.  Kamu bisa memesan be...

Meriahnya Ramadhan, Ini Dia Rekomendasi Tempat Berburu Takjil di Jogja!

  Saat bulan Ramadan tiba, setiap sudut Jogja turut menjadi saksi betapa semaraknya aktivitas berburu takjil. Berbagai varian makanan ringan dan minuman segar tersedia di pinggir jalan dengan harga yang sangat terjangkau. Namun, di antara banyaknya pilihan tersebut, ada beberapa tempat yang terkenal dengan suasananya yang meriah dan variasi takjilnya yang berwarna. Berikut beberapa rekomendasi tempat untuk kamu yang ingin merasakan meriahnya suasana berburu takjil di Jogja. 1. Kampung Ramadhan Jogokariyan Kampung Ramadhan Jogokariyan didirikan oleh para penduduk yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan agama. Setiap tahunnya, pasar kaget yang diberi nama Kampung Ramadhan Jogokariyan ini dihadiri oleh banyak pedagang dan pengunjung yang terus meningkat. Kabarnya terakhir, ada sekitar 300 pedagang yang turut meramaikan pasar Ramadhan ini lho! Tak heran, kalau masuk sini bisa sampai bingung mau beli yang mana. Selain pasar, di Kampung Ramadhan Jogokariyan juga disediakan ribuan takji...

Lupis Mbah Satinem, Kelezatan Legendaris Di Sudut Kota Jogja

Salah satu kuliner legendaris yang tidak boleh dilewatkan saat mengunjungi Yogyakarta adalah Lupis Mbah Satinem. Lupis merupakan makanan tradisional khas Jawa yang terbuat dari ketan yang dikukus dan disajikan dengan gula merah dan kelapa parut. Lupis dengan siraman gula aren buatan Mbah Satinem memang sudah menjadi legenda. Nenek berusia lanjut ini telah menjalani usaha kuliner ini sejak tahun 1963. Lupis lezat hasil karya Mbah Satinem dibuat menggunakan resep turun temurun dari ibunya. Pada awalnya, Mbah Satinem menjajakan lupis dengan cara berkeliling pasar dan menggendong dagangannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di sudut kota pelajar ini. Cita rasa lupis Mbah Satinem tidak pernah berubah. Mbah Satinem membuat jajanan pasar secara tradisional dengan memasak semua bahan menggunakan kompor kayu. Tidak ada bahan pengawet makanan yang digunakan dalam proses pembuatan lupis ini. Semua bahan dan prosesnya dijaga dengan cermat untuk menjaga kelezatan rasa setiap lupis yang ...