Langsung ke konten utama

Tradisi Nguras Enceh Makam Raja Imogiri, Warisan Budaya Yogyakarta Yang Sakral

 


Kejayaan kerajaan Mataram adalah salah satu periode penting dalam sejarah Indonesia. Berkat peran Sultan Agung, Mataram berkembang pesat dan menjadi kerajaan yang besar di Nusantara. Warisan dari masa kejayaan tersebut tidak hanya terlihat dalam peninggalan fisik, tetapi juga dalam berbagai kebudayaan dan ritual yang tumbuh di Keraton Kesultanan Yogyakarta. Salah satu tradisi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Keraton Yogyakarta adalah tradisi Nguras Enceh yang dilaksanakan di Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Desa Girirejo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nguras Enceh memiliki arti menguras gentong atau tempayan dalam bahasa Indonesia. Terdapat empat gentong bersejarah dalam tradisi ini yang merupakan warisan dari raja ketiga Mataram, ratusan tahun yang lalu. Keempat gentong ini merupakan hadiah dari Sultan Agung saat ia melakukan lawatan ke kerajaan-kerajaan tetangga. Masing-masing gentong diberi nama Kyai Danumaya dari Aceh, Nyai Danumurti dari Palembang, Nyai Siyem dari Kerajaan Siam, dan Kyai Mendung dari Kerajaan Ustmaniyah. Selain menjadi objek sakral, keberadaan gentong ini juga menjadi simbol dari hubungan dekat Sultan Agung dengan kerajaan-kerajaan sahabat. Ketika itu, Sultan Agung melakukan kunjungan ke kerajaan-kerajaan tersebut sebagai bentuk silaturahmi dan pertukaran pengalaman antar kerajaan. 

Setelah Kesultanan Mataram berhasil memenangkan peperangan dengan Kesultanan Aceh, Kesultanan Palembang, Kesultanan Ustmaniyah, dan Kerajaan Siam Thailand, gentong-gentong ini menjadi simbol perdamaian dan persahabatan antar kerajaan. Ketika gentong-gentong ini berada di Keraton Mataram, mereka digunakan oleh Sultan Agung dan raja-raja yang mengikutinya sebagai tempat air wudhu. Sekarang, gentong-gentong bersejarah tersebut ditempatkan persis di depan bangsal Pakubuwana dan Hamengkubuwana yang mengapit Makam Sultan Agung.


Ritual Nguras Enceh dilaksanakan setiap tahun pada hari Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon bulan Sura dalam penanggalan Jawa. Setiap tahun, masyarakat berbondong-bondong untuk mengikuti ritual Nguras Enceh ini. Air lama yang ada di dalam gentong dikosongkan dan digantikan dengan air baru. Sebelum pelaksanaan Nguras Enceh, ada juga Kirab Gayung yang dilakukan dengan membawa tempurung kelapa. Kirab dimulai dari Kantor Kecamatan Imogiri menuju Kompleks Makam Raja Mataram. Kirab dan Nguras Enceh melibatkan para Abdi Dalem dari keraton dan juga masyarakat setempat.

Kompleks Makam Raja Mataram terbagi menjadi dua bagian, yaitu Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Di sini terdapat bangsal Pakubuwana dan Hamengkubuwana. Setiap tahun, para Abdi Dalem dari kedua keraton ini melaksanakan ritual Nguras Enceh. Dalam prosesi ini, Abdi Dalem Keraton Surakarta dan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta melaksanakan ritual Nguras Enceh di kompleks pemakaman yang berbeda. Abdi Dalem Keraton Surakarta berada di sebelah kiri yang dikhhususkan untuk para Raja Keraton Pakubuwana, sedangkan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta berada di sebelah kanan makam Sultan Agung, di bangsal para Raja Hamengkubuwana.

Setelah prosesi doa dan tahlilan, para Abdi Dalem yang bertugas dalam tradisi ini mengisi air ke dalam masing-masing gentong. Pengisian air baru ini sengaja dilakukan dengan jumlah yang berlebihan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan bagian dari air gentong yang melimpah. Masyarakat meyakini bahwa air yang diambil dari gentong ini memiliki keberkahan dan manfaat tersendiri. Selain itu, masyarakat juga membawa sesaji sebagai persembahan di kompleks pemakaman.

Hingga saat ini, tradisi Nguras Enceh masih terus dilakukan di Yogyakarta. Tradisi Nguras Enceh memiliki makna dan nilai yang dalam bagi masyarakat Jawa dan merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Melalui tradisi ini, masyarakat dapat menjaga dan memelihara hubungan dengan leluhur, memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong, serta memahami lebih dalam tentang sejarah dan budaya Jawa. Bagi wisatawan yang tertarik dengan budaya dan tradisi Indonesia, mengunjungi Imogiri dan menyaksikan tradisi Nguras Enceh dapat menjadi pengalaman yang sangat menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Rekomendasi Angkringan di Yogyakarta, Cocok Untuk Kuliner Senja!

  Angkringan merupakan salah satu warung makan jalanan yang populer di Yogyakarta. Warung makan ini seringkali menjadi tempat hangout bagi anak muda maupun keluarga di Yogyakarta. Angkringan menawarkan berbagai macam kuliner dengan harga yang terjangkau. Selain itu, angkringan juga memiliki suasana yang unik dan menarik, sehingga menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Yogyakarta. Tak heran ada banyak angkringan yang tersebar di setiap sudut Jogja, bahkan sampai membuat kita bingung mau coba yang mana. Tapi jangan khawatir, berikut adalah 5 rekomendasi angkringan populer yang wajib kamu cobain di Yogyakarta! 1. Angkringan Lik Man Angkringan Lik Man merupakan angkringan legendaris di Yogyakarta yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Bisa dibilang, dia adalah pelopor munculnya angkringan-angkringan yang lain. Angkringan Lik Man mulai buka pukul 4 sore hingga 1 malam, berlokasi di Jalan Poncowinatan nomor 7, Gowongan, Jetis, Yogyakarta.  Kamu bisa memesan bermacam mi

Meriahnya Ramadhan, Ini Dia Rekomendasi Tempat Berburu Takjil di Jogja!

  Saat bulan Ramadan tiba, setiap sudut Jogja turut menjadi saksi betapa semaraknya aktivitas berburu takjil. Berbagai varian makanan ringan dan minuman segar tersedia di pinggir jalan dengan harga yang sangat terjangkau. Namun, di antara banyaknya pilihan tersebut, ada beberapa tempat yang terkenal dengan suasananya yang meriah dan variasi takjilnya yang berwarna. Berikut beberapa rekomendasi tempat untuk kamu yang ingin merasakan meriahnya suasana berburu takjil di Jogja. 1. Kampung Ramadhan Jogokariyan Kampung Ramadhan Jogokariyan didirikan oleh para penduduk yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan agama. Setiap tahunnya, pasar kaget yang diberi nama Kampung Ramadhan Jogokariyan ini dihadiri oleh banyak pedagang dan pengunjung yang terus meningkat. Kabarnya terakhir, ada sekitar 300 pedagang yang turut meramaikan pasar Ramadhan ini lho! Tak heran, kalau masuk sini bisa sampai bingung mau beli yang mana. Selain pasar, di Kampung Ramadhan Jogokariyan juga disediakan ribuan takjil gr

Bingung Mau Liburan Kemana? Yuk Cobain Serunya Lava Tour Merapi Jogja!

  Lava Tour Merapi Jogja adalah salah satu wisata yang sangat populer di Yogyakarta. Wisata ini menawarkan pengalaman yang unik dan menyenangkan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam serta keunikan budaya Jawa. Dalam artikel ini, saya akan membahas lebih dalam tentang Lava Tour Merapi Jogja. Lokasi Lava Tour Merapi Jogja berada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Kaliadem, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum untuk mencapai lokasi wisata ini. Jarak tempuh dari pusat kota Yogyakarta ke Lava Tour Merapi Jogja sekitar 30 km atau memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan.  Wisata ini menawarkan pengalaman yang berbeda karena pengunjung bisa menjelajahi bekas-bekas lahar dan lava dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam sekitar, seperti hijaunya perbukitan dan keindahan aliran sungai. Untuk menikmati wisata Lava Tour M